kok kecil ya...?
Kamis kemarin, pulang dari mengantar Faza ke Kindergarten, seperti biasa langsung masuk kamar anak-anak. Buka-buka jendela (mumpung yang punya kamar lagi sekolah), beres-beres dan bersih-bersih. Lho, itu kok Federmappe (kotak alat tulis)-nya Fariz masih di meja? Lho, itu buku PR Mathe-nya juga ketinggalan? Langsung deh, pakai jaket lagi, pakai sepatu (biar cepet pakai sepatu kets ajah), trus ngebut, ngonthel ke sekolahnya Fariz.
Sampai di sana pk. 08.45 pas pergantian jam pelajaran kedua. Sewaktu jalan ke arah kelasnya Fariz, barengan dengan 2 orang cewek (sepertinya anak kelas 4 deh) yang akan pindah ke ruangan lain. Kedua cewek itu sempat memberikan senyum. Setelah kubalas senyum salah satu dari cewek itu bertanya...
+ Bist du neu?
(Kamu baru yah?)
- Emm... nein.
(emm, tidak)
Karena terburu-buru aku tinggal aja dua cewek itu. Begitu dia tahu kalau aku menuju ke ruang kelas 2 dia berkata lagi...
+ Ooh... sie ist eine Mutter...
(ooh... dia itu ibu-ibu...)
+ So klein wie ich...
(sama kecilnya seperti aku...).
- (Waaaks?!)
Kali bener ya, memang tinggiku yang 'hanya' 156 cm ini sepantaran dengan anak SD. Ini adalah kali kedua aku dianggap anak-anak. Beberapa minggu yang lalu waktu ke Bibliothek, petugas perpusnya waktu menanyakan nomor kartu menyapaku dengan 'du' (kamu). Setelah beberapa saat dia minta maaf, karena dikiranya aku sama seperti sebelahku (cewek seumuran anak SMP deh). Hi hi...
Sampai di sana pk. 08.45 pas pergantian jam pelajaran kedua. Sewaktu jalan ke arah kelasnya Fariz, barengan dengan 2 orang cewek (sepertinya anak kelas 4 deh) yang akan pindah ke ruangan lain. Kedua cewek itu sempat memberikan senyum. Setelah kubalas senyum salah satu dari cewek itu bertanya...
+ Bist du neu?
(Kamu baru yah?)
- Emm... nein.
(emm, tidak)
Karena terburu-buru aku tinggal aja dua cewek itu. Begitu dia tahu kalau aku menuju ke ruang kelas 2 dia berkata lagi...
+ Ooh... sie ist eine Mutter...
(ooh... dia itu ibu-ibu...)
+ So klein wie ich...
(sama kecilnya seperti aku...).
- (Waaaks?!)
Kali bener ya, memang tinggiku yang 'hanya' 156 cm ini sepantaran dengan anak SD. Ini adalah kali kedua aku dianggap anak-anak. Beberapa minggu yang lalu waktu ke Bibliothek, petugas perpusnya waktu menanyakan nomor kartu menyapaku dengan 'du' (kamu). Setelah beberapa saat dia minta maaf, karena dikiranya aku sama seperti sebelahku (cewek seumuran anak SMP deh). Hi hi...
<< Home