di Vechta: März 2005

Donnerstag, März 31, 2005

Zugspitze

-bagian keempat-
Sebenarnya kita pergi liburan ini bareng dengan keluarga teman. Tapi barengnya cuma di kereta ketika berangkat dari Bremen dan pulang dari Muenchen aja. Habis, rencana perjalanannya beda sih. Hari ini kita ke mana mereka ke mana nggak pernah sama.
Di hari ketiga kita sempet ketemu saat sarapan, saling tukar cerita dan info. Ternyata mereka merubah jadwal, hari itu ke Zugspitze. Menurut ramalan cuaca, cuma hari itu yang cuacanya bagus dan ada matahari. Wah, kita jadi pikir-pikir... ada sih rencana ke sana, tapi besoknya. Akhirnya diputuskan bahwa kita ke sana juga. Kalau cuaca tidak bagus dan jarak pandangnya terbatas, percuma dong kita ke sana.
Selesai sarapan cepet-cepet balik ke kamar, dalam waktu 10 menit ngebut ganti kostum total. Kenapa? Karena Zugspitze itu di pegunungan Alpen.
Tujuan pertama kita adalah Garmisch-Partenkirchen. Tampak pada gambar (bisa diperbesar), dari sana kita menggunakan Bayerische Zugspitbahn jenis kereta listrik biasa, sampai bahnhof Grainau. Kemudian ganti kereta lagi menggunakan jenis Zahnradbahn, yaitu kereta listrik yang ditengahnya mempunyai tambahan roda bergigi khusus untuk daerah pegunungan.
Mulai dari Grainau inilah jalur kereta mulai menanjak. Subhanallah, pemandangannya sungguh indah sekali. Hamparan padang salju, rumah-rumah pedesaan yang sangat khas, deretan pohon cemara yang tampak bertumpuk-tumpuk karena perbedaan ketinggian, pucuk-pucuk gunung yang tertutup salju, hilir mudik kereta gantung mengangkut pemain ski... sungguh luar biasa.
Sampai di bahnhof Eibsee kita turun. Karena waktunya sudah terlalu siang, kita tidak sempat lagi menikmati pemandangan Eibsee (danau) yang kebetulan saat itu masih beku. Langsung dilanjutkan naik Seilbahn menuju Zugspitze. Dengan jarak/lintasan sepanjang 4453 m, bergerak dari ketinggian 1000 m ke ketinggian 2962 m, merupakan lintasan Seilbahn terpanjang di Jerman.
Tadinya saya sempet sebel juga, kok Seilbahn-nya penuh sesak begitu? Gimana kita bisa menikmati pemandangan di luar? Semua tempat di dekat jendela sudah terisi. Tapi begitu melihat ke atas, kearah lintasan yang akan kita lalui... hiii, tinggi banget. Sudahlah, lebih baik di tengah saja. Anak-anak langsung saya beri permen karet untuk menyesuaikan perubahan tekanan dari perbedaan ketinggian dalam perjalanan itu.
Tuh, bener kan... begitu bergerak naik dengkul mulai gemetaran. Rasanya kok srrr... srrr... ha ha ha... singunen kata orang jawa. Ssst, denger-denger kabar, kalau nggak kuat bisa keluar pipis nggak sengaja lho. Waktu tempuhnya sebenarnya tidak lama, sekitar 10 menitan, tapi untuk saya terasa sangat lama. Berdiri dengan satu tangan memegang gantungan (seperti di bus kota), tangan satu lagi memegang Faza membuat saya berhitung dalam hati... satu... dua.. tiga... dua puluh... lima puluh... seratus... aduuuh, lama sekali sih? Gelisah sekali rasanya. Kayaknya mulai mabuk nih... hi hi...
Begitu sampai, lega rasanya.... bisa menginjakkan kaki lagi di bumi, meski badan masih sedikit bergoyang-goyang. Fariz langsung bisa menyesuaikan, hanya Faza yang masih terus berusaha menjauhi jendela, takut katanya. Menaiki beberapa tangga, sampailah kita di teras Zugspitze. Brrr... dingin! Angin bertiup lebih kencang di atas. Di sekitarnya bukan lagi salju, melainkan es. Dari tempat inilah sebenarnya kita bisa melihat puncak-puncak gunung di Swiss, Austria, Italy dan tentu saja Jerman. Sayang saya tidak mengetahui dengan persis arahnya.
Dengan menggunakan teropong koin (setelah memasukkan koin €1 teropong baru bisa berfungsi) kita bisa melihat kota/desa-desa di bawah dengan jelas. Garmisch-Partenkirchen tampak seperti miniatur kota yang indah, Eibsee beku juga terlihat demikian jelas, pucuk-pucuk gunung yang lain begitu mempesona... benar-benar memanjakan mata. Membuat hati demikian haru, subhanallah... indah sekali ciptaan-Mu ya Allah.
Melewati sebuah jembatan (ketika lewat, saya berjalan dengan cepat dan mata lurus menghadap depan, hi hi... masih takut) kita sudah di luar negeri, Austria. Horreeee... kita sudah pernah ke Austria juga... he he... Setelah membuka bekal makan siang sambil istirahat sebentar, kita kembali melanjutkan perjalanan. Sempat salah arah menuju Tirol Austria. Menurut petugas jaga di situ, kalau datang dari Jerman harus turun ke Jerman pula. Balik lagi, menyeberang jembatan lagi, kembali ke Jerman lagi. Baru kemudian kita turun ke Zugspitplatt yang mempunyai ketinggian 2600 m dengan menggunakan Gletscherseilbahn. Kali ini panjang lintasannya 1000 m.
Zugspitzplatt ini adalah tempat untuk bermain ski. Tempatnya begitu luas dan lapang, juga dengan pemandangan yang sangat indah. Ada sebuah gereja kecil, menurut letaknya merupakan gereja tertinggi di Jerman. Wah, FaFa benar-benar sangat menikmati. Bisa berlari-lari, berguling-guling, perosotan, melihat orang bermain ski, dll. Lenyap sudah rasa mabuk tadi, berganti dengan suasana ceria. Seperti mentari yang saat itu bersinar dengan hangatnya.
Waktu berlalu demikian cepat, sudah saatnya untuk berkemas-kemas. Setelah membeli kartu pos dan beberapa souvenir kita kemudian menuju bahnhof Zugapitplatt, menuju Zahnradbahn yang akan membawa kita kembali turun. Dari ketinggian 2600 m kita menuju Grainau dengan ketinggiannya 710 m. Panjang lintasan relnya 19.000 m. Sebuah perjalanan panjang yang membosankan karena sepanjang perjalanan hanya tampak gelap. Kita melewati lorong-lorong di bawah gunung. Karena lelah, sepanjang perjalanan anak-anak tertidur pulas. Saya hanya bisa heran, berapa lama ya waktu yang diperlukan untuk membuat terowongan sepanjang ini?
Perjalanan ini sungguh sangat berkesan. Mungkin waktu saya muda dulu pernah naik gunung di Jawa dengan ketinggian lebih dari 3000m. Tapi hamparan pemandangan di sini sungguh tak terlukiskan dengan kata-kata. Eh, masih lebih hebat Fariz dan Faza ya, masih berumur 8 dan 5 tahun tapi sudah mencapai puncak gunung dengan ketinggian 2962 m... he he...
-posting berikutnya, liburan hari keempat-

Dienstag, März 29, 2005

Legoland

-bagian ketiga-
Hari Minggu, pagi-pagi sekali anak-anak sudah bangun dengan badan segar. Lebih bersemangat karena obyek kita hari ini ke Legoland, Guenzburg.
Dengan menempuh 1,5 jam lebih perjalanan kereta, disambung bus 10 menit sampailah kita di tempat tujuan (kaget juga Bayern Ticket berlaku untuk Wochenende, asik... lebih murah dibanding WET sih). Sampai sana... brrr, kok dingin banget? Apa karena tempatnya terbuka ya, jadi terasa lebih dingin? Agak risih juga sih, masak kita brukut sementara orang lain sudah terbuka gitu. Cueklah, daripada ntar masuk angin.

Di depan pintu gerbang
SuBapak antri tiket masuk, saya mencoba mempelajari peta lokasi. Mencoba mencocokan apa yang sudah dilihat dari internet sekaligus membuat prioritas. Mana yang harus kita dahulukan, mana yang bisa santai-santai. Film dan pertunjukan yang jamnya sudah tertentu masuk prioritas pertama, kemudian arena yang sekiranya akan diantri banyak orang prioritas kedua, keliling Miniland prioritas ketiga (mumpung belum terlalu capek), dst.
Hmm... ternyata Legoland tidak terlalu luas... kayaknya bisa deh, ngerasain semua (pengalaman di Disneyland nih, takut waktunya habis hanya untuk antri). Tapi ini kan belum Sommer, jadi pengunjung juga belum begitu banyak.
Jam sepuluh gerbang dibuka, kita langsung menuju belakang, Lego Imagination. Antri Tret-O-Mobil, naik ke Aussichtsturm sambil melihat pemandangan dari atas, dst.Setengah jam sebelum pemutaran Film, kita langsung ke Lego Studio. Masih ada waktu, sempet masuk arena Wellenreiter. Muter sekali trus... lariiii.... hi hi, waktunya tinggal 10 menit. Wah, kalau Sommer nggak mungkin seperti ini.... harus antri dengan setia he he...
Saat menonton show adalah saat untuk mengistirahatkan kaki. Duduk manis sambil menikmati pertunjukan. Untung banget kita memutuskan mengunjungi Lego Deutschland (bukan di Billund-Denmark yang lebih dekat dari Vechta). Kenapa? Bahasanya itu... Show-nya kan memakai bahasa setempat, bahasa Denmark mana kita tahu.
Tapi memang mengagumkan, kreatif sekali. Dari jauh sih 'cuma' kelihatan bagus, setelah dekat... alamaaaak, semuanya dari Legostein. Di Miniland saya sampai terbengong-bengong, indah bangeeeet... Masuk di Lego Fabrik baru ketahuan kalau jenisnya itu ada buanyaaaak buanget. Masing-masing beda bentuk, ukuran dan warna, juga punya nomor seri sendiri-sendiri. Yang gila lego pasti pahamlah.

Mini Berliner Dom, lihatlah lebih dekat...
Sayangnya Fariz nggak berani naik Bionicle. Padahal katanya arena ini baru ada di Lego Deutschland aja (kayaknya pernah deh lihat di Galileo saat peluncuran perdananya). Berhubung takut ya... nggak bisa dipaksalah, ntar malah kenapa-kenapa. Padahal di Feuerdrache (model achterbahn yang meliuk-liuk) Fariz malah minta tambah dua kali.
Selama di Legoland ini FaFa mana sempat mengeluh capek, lapar juga nggak. Makan siang aja musti dipaksa-paksa karena sudah jam 2. Tapi kalau anak-anak seneng kita juga ikut seneng kok. Ibuknya nih, bolak-balik menantang Fariz naik ini dan itu (Faza masih terbatas, umur juga tinggi badan). Padahal sendirinya yang pengen he he... untung Fariznya tertantang, jadi mau juga... kloplah... hi hi...
Puas berkeliling, semua sudah dimasuki dan dinaiki (kecuali satu atau dua yang memang nggak mau atau takut), kita cabut jam enam sore. Masih sejam lagi sih tutupnya, tapi kita nggak mau resiko kehilangan kereta terakhir ke Muenchen.

FaFa masih berat meninggalkan legoland
Tschuessie Legoland... auf wiedersehen....
-posting berikutnya, liburan hari ketiga-

Montag, März 28, 2005

Hallo Muenchen...

-Bagian kedua-
Sesuai fahrplan, jam limaan kita ganti kereta di Frankfurt. Empat jam kemudian sampai deh kita di Muenchen HBF. Alhamdulillah, perjalanan lancar...
Di sana sudah ditunggu Pak Iwan, teman SuBapak yang kebetulan sudah menyelesaikan program Masternya. Pak Iwan inilah yang akan mengantar kita jalan-jalan sampai siang. Ssst, kesempatan nih untuk melengkapi data yang kita punya... bisa tanya sebanyak-banyaknya. Termasuk, dimana ya kita bisa beli Indomie? Wakakaka... (heran, kok nggak bisa jauh-jauh dari Indomie sih?).
Kelar beli Welcome Card dan nitip barang di locker, mulai deh kita jalan-jalan. Tujuan pertama ke Marienplatz. Kita masuk dari Karlstor (nyempetin foto-foto bentar) trus jalan, jalan dan jalaaaan terus sepanjang Kaufingerstrasse. Mulai deh, kalau lihat-lihat kota gini FaFa yang ribut. "Ibuuuk, capeeeek" keluh Faza. Atau, "Kita kok jalan terus mau kemana sih?" tanya Fariz. Kebetulan saat itu cuaca tidak bagus, gerimis dan cukup berangin. Hmm, sungguh tidak ideal untuk jalan-jalan.
Acara jalan-jalan berakhir di Marienplatz, istirahat sebentar sambil menunggu Glockenspiel jam 11 siang dari menara Neuen Rathaus. Glockenspiel adalah irama yang berasal dari paduan lonceng/genta. Sementara lonceng berbunyi, di menara ada boneka-boneka kecil yang dapat bergerak memutar, bercerita tentang sejarah kota Muenchen.
Acara jalan-jalan di seputar Altstadt terpaksa harus berakhir karena FaFa sudah bosan banget. Sebenarnya masih banyak lho yang bisa dilihat...
Selanjutnya kita pergi ke Deutschen Museum. Sebuah museum 6 lantai dengan luas 50.000 m2 dan jika seluruh obyek kita lalui panjangnya bisa mencapai 20 km. Secara garis besar dapat dibagi menjadi:
  • Lantai bawah dan lantai dasar bertema teknik secara umum (tambang, pengeboran minyak dan gas, dsb), sarana transportasi darat dan laut dari waktu ke waktu
  • Lantai satu seputar ilmu-ilmu fisika dan kimia (lengkap dengan berbagai macam percobaan yang bisa dipraktekan langsung), berbagai jenis alat musik, pesawat udara dan pesawat luar angkasa
  • Lantai dua tentang pertukangan/kerajinan tangan (pembuatan kertas, alat cetak, keramik, gelas, dsb).
  • Lantai tiga keatas tentang teknik pertanian dan bahan pangan, hitech dan astronomi.

Semuanya sangat menarik dan menakjubkan. Anak-anak bahkan lupa untuk capek dan bosan. Yang ada adalah terus berjalan, terus berkeliling dan tidak mau berhenti. Semua dipegang, semua dicoba (sampai percobaan kimia dan fisika pun dicobai satu persatu, tidak ada yang lewat... duh!). Mengherankan sekaligus mengagumkan, karena percobaan kimia atau fisika yang menurut saya dulu begitu membosankan bisa menjadi sangat menarik untuk anak usia 5 tahun sekalipun. Semuanya dikemas dalam bentuk yang sangat mudah untuk dicerna. Ck, ck... hebat sekali.

Tidak terasa, sudah lima jam lebih kita berada di museum. Rencana awal sebenarnya kita masih ingin ke Schloss Nymphenburg atau Olympiapark setelah check in dan istirahat sebentar. Ternyata anak-anak sudah teler berat, kasihan kalau dipaksakan. Akhirnya kita memilih istirahat, memulihkan tenaga untuk perjalanan besok pagi.

Oiya, kalau ingin melihat Muenchen 360 Grad Stadtpanoramen di sini, bagus banget lho...

-posting berikutnya, liburan hari kedua-

Sonntag, März 27, 2005

Liburan

Sudah lama kita ingin jalan-jalan ke München (mewakili Süddeutschland). Kebetulan liburan ini ada angebot dari die Bahn, tawaran yang menarik dan cukup terjangkau untuk kantong mahasiswa.
Segera mencari obyek yang akan dikunjungi dan menyusun jadwal perjalanan. Harus lengkap dan detil (termasuk waktu, bea transport, bea masuk kalau ada, lama kunjungan, dsb) agar efisien. Jangan dikira pekerjaan mudah. Meski semua bisa dicari lewat internet, ternyata memakan waktu berhari-hari juga lho.
Sempat juga gonta-ganti jadwal. Pertama kita ingin pakai NZ (Nachtzug, kereta malam) biar sampai sana pagi dan bisa langsung jalan-jalan. Ternyata NZ Bremen-München tempatnya habis semua. Kemudian dialihkan, berangkat pagi pakai IC kemudian ICE. Ternyata di IC kita 'hanya' mendapat tempat di gerbong perokok. Waduh, bawa anak-anak nih... nggak mau ah! Cari-cari lagi alternatif lain. Alhamdulillah masih ada tempat, berangkat pakai IC tengah malam, kemudian ganti ICE jam lima pagi. He he... ngotot banget yah? Tapi pulangnya, München-Bremen, kita dapet NZ kok.
Berangkat Liburan
Horeee, akhirnya datang juga saat yang ditunggu-tunggu. Dari Vechta kita berangkat Jumat malam dengan NWB yang terakhir. Hmm... FaFa masih kemripik (maksudnya mengoceh dengan riang), bersemangat tinggi memulai perjalanan panjang ini.
Sampai di Bremen HBF satu jam kemudian, tapi kita masih harus menunggu kereta berikutnya 3 jam lagi. Hu hu hu... lama sekali... (kan berangkatnya tengah malam). Jam sepuluh FaFa mulai rewel, ngantuk tapi merasa tidak nyaman tidur di ruang tunggu. Setengah jam kemudian satu persatu mulai klipuk, tidur selonjor di kursi yang kosong.
Seperempat jam sebelum berangkat, FaFa dibangunkan. Mengumpulkan nyawa sebentar, kemudian jalan naik ke gleiss 7. Tidurnya nanti bisa dilanjutkan lagi di kereta.
Begitu sudah naik di kereta, lho... tempat kita kok ditempati orang? Kebetulan kita dapat tempat di ruangan kecil berpintu untuk 5 orang. Kita bangunin, kok dianya ngotot nggak mau pergi. Laaaah... malam-malam bikin perkara. Kasihan anak-anak, nggak bisa segera melanjutkan tidur.
Sepuluh menit kemudian kondektur datang untuk memeriksa ticket. Kita tunjukin reservierungplatz-nya dan... hush-hush, setelah diusir kondektur baru deh mereka mau pergi...

Gambar: FaFa Melanjutkan tidur di kereta

-posting berikutnya, liburan hari pertama-

Montag, März 14, 2005

Schulferien

Secara umum Schulferien (liburan sekolah yang cukup panjang) di wilayah Niedersachsen ada 4 macam. Osterferien (libur Paskah, 2 minggu) sekitar awal Frühling (musim semi). Sommerferien (liburan musim panas, 6 minggu) adalah liburan paling panjang, juga merupakan liburan akhir tahun pelajaran. Herbsferien adalah libur musim gugur yang lamanya 2 minggu, serta Weihnachtferien atau libur Natal dan tahun baru yang juga sekitar 2 minggu. Masih ditambah Winterferien (libur musim dingin) sekitar akhir januari dan 'hanya' 2 hari. Banyak sekali ya liburan sekolahnya? Ini belum termasuk libur-libur tanggal merah lho...

Kok khusus Niedersachsen? Ya, karena masing-masing Bundesland (negara bagian, yang berjumlah 16 itu) bisa mempunyai jadwal dan jenis liburan yang berbeda-beda. Di beberapa Bundesland, sekitar bulan Mei, masih ada Pfingstferien selama 1 atau 2 minggu. Biasanya di Bundesland yang mayoritas penduduknya beragama Kristen. Bahkan ada kalanya suatu hari di satu Bundesland libur, tapi di Bundesland lain tidak.

Beberapa liburan di Bundesland bagian utara dimulai lebih awal dibanding bagian Selatan. Jadi kalau kita berniat berlibur di wilayah selatan sebaiknya di awal-awal liburan. Dengan pertimbangan daerah Selatan belum libur, jadi tempat rekreasi yang akan kita kunjungi tidak/belum penuh sesak. Juga sebaliknya, jika akan berlibur di wilayah Utara sebaiknya di akhir-akhir liburan karena pada saat itu sekolah-sekolah di sana sudah masuk kembali.

Osterferien di Niedersachsen tahun ini berlangsung tanggal 21 Maret - 2 April. Sama seperti libur-libur sebelumnya, Fariz di sekolahnya mendapat selebaran yang berisi program mengisi liburan dari Gulfhaus. Bagi anak-anak yang berusia 6-12 tahun dan tidak punya rencana berlibur bersama orang tuanya, pilihan ini sangatlah menarik. Coba kita lihat apa saja program yang ditawarkan.
  1. Osternester aus Hefeteig (membuat roti Paskah), untuk usia 6-10 tahun, biaya 1,00 €.
  2. Stadtrally (rally untuk lebih mengenal kota Vechta), untuk usia 8-12 tahun, tanpa biaya.
  3. Kerzen giessen (membuat lilin warna-warni dengan tema Frühling), untuk usia 8-12 tahun, biaya 1,50 €.
  4. Ostereierwerkstatt (membuat telur Paskah), untuk usia 6-12 tahun, biaya 1,00 €.
  5. Hampelhasen basteln (membuat boneka kelinci dari kayu yang bisa digerak-gerakkan, sendinya disambung dengan tali), untuk umur 6-10 tahun, biaya 2,00 €.
  6. Spielenacht (menginap untuk bermain bersama dengan menggunakan papan permainan seperti catur, monopoli dsb, besok paginya disediakan sarapan), untuk usia 8-12 tahun, biaya 3,00 €. Membawa Luftmatratze (tilam angin) dan Schlafsack (kantung tidur) sendiri.
  7. Serviettentechnik (membuat berbagai dekorasi dengan tissue roti), untuk usia 8-12 tahun, biaya 2,50 €.
  8. Playstation (bermain playstation), mulai usia 6 tahun, tanpa biaya.
  9. Spiegel mit Fimo-Rahmen (membuat bingkai cermin dari Fimo, semacam tanah liat dari bahan polymer), untuk usia 6-10 tahun, biaya 2,00 €.
  10. Pizza backen (membuat pizza), untuk usia 8-12 tahun, biaya 1,00 €.
  11. Knette selbsgemacht (membuat lilin mainan/playdough sendiri), untuk usia 6-10 tahun, biaya 1,50 €.
  12. Filmnacht (menonton beberapa film hingga malam hari), untuk usia 8-12 tahun, biaya 3,00 €. Disediakan sarapan untuk keesokan harinya. Juga disarankan untuk membawa Luftmatratze dan Schlafsack sendiri.
  13. Frühlingblumentöpfe (menanam bunga dalam pot), untuk usia 6-10 tahun, biaya 3,00 €.
  14. Actionspiele (bermain di sekitar Gulfhaus), mulai usia 6 tahun, tanpa biaya.
  15. T-Shirt bemalen (memberi tulisan atau gambar di T-Shirt), untuk usia 8-12 tahun, biaya 1,00 €, T-Shirt bawa sendiri.
  16. Muffins backen (membuat kue muffin), untuk usia 6-10 tahun, biaya 1,00 €.

Beberapa kegiatan pernah kita praktekan di rumah. Dalam rangka mengisi liburan sekolah atau untuk kesibukan FaFa di akhir minggu. Tapi mungkin akan berbeda rasanya jika dilakukan bersama teman-teman lainnya. Mana murah lagi...

Selain program yang diselenggarakan di Gulfhaus, ada pula kegiatan yang dilakukan di tempat lain. Kita sebagai orang tua hanya tinggal mengantar dan menjemput kembali di Gulfhaus.

  1. Berkunjung ke Dankern Schloss, sebuah tempat seluas 200 hektar yang bernuansa alam untuk berlibur dan berpetualang di daerah Haren, Ems. Di sana selain tempat bermain juga kolam renang dengan berbagai macam bentuk luncuran. Untuk usia 8-12 tahun, biaya 10,00 €.
  2. Seharian penuh berkunjung ke sebuah daerah pertanian. Untuk mengenal lebih dekat kehidupan di sana. Untuk usia 8-12 tahun, biaya 7,00 €.

Karena tempat terbatas, juga demi keamanan (baca: pengawasan) dan kenyamanan bersama, peserta dibatasi. Jika anak-anak kita berminat terhadap satu, dua, tiga atau semuanya harus segera mendaftar sebelum liburan tiba.

Seandainya saya masih dalam rentang usia itu, mungkin akan bersemangat mengikuti program-program liburan tersebut. Membayangkan dapat bertemu dan berkenalan dengan banyak teman, menambah pengetahuan, juga petualangan yang mengasikkan. Mmm... seandainya saja...

Donnerstag, März 10, 2005

Disetrap Fariz

Sore ini saya memang berencana mengajak FaFa keluar jika cuaca cerah. Tujuan utama membeli celana untuk mereka berdua. Celana panjang Fariz sudah banyak yang congklang, sedangkan Faza entah bagaimana minggu ini sudah dua celana panjang yang bolong dengkulnya. Kebutuhan yang cukup mendesak.
Bertiga kita pergi ke Grossestrasse, salah satu tempat perbelanjaan di Vechta. Setelah mendapatkan pilihannya masing-masing, FaFa langsung minta pulang (seperti umumnya cowok, mereka paling males diajak jalan keluar masuk toko).

Ketika mengambil sepeda, saya sempat bertanya pada Fariz route pulangnya. Dia bilang, "Cari jalan lain aja Buk, beda dengan tadi...". "Oke, kita ambil jalan lurus ya?". Dan dia pun sepertinya setuju.
Separo jalan, Faza sudah tertidur di becak. Justru Fariz mulai kak-kok kak-kok, protes kenapa tidak belok di depan Spielzeugladen. Lho, gimana sih? Tadi katanya setuju ambil jalan lurus. Saya coba untuk cuek sambil meneruskan perjalanan. Waduh, makin pusing saya dengan nge-rap-nya itu (Fariz itu cepet sekali kalau ngomong Jerman. Saya baru mikir kalimat pertama, dia sudah selesai tiga kalimat. Duh...).
Sekitar 100 meter sebelum sampai rumah, saya hentikan sepeda. Fariz juga ikut berhenti. Bla... bla... bla... bla... sama-sama saling mempertahankan pendapat. Saya bertahan pada persetujuan awal, sedang Fariz bertahan bahwa saya tidak mendengar(kan) ketika dia minta belok. Akhirnya, "Oke, kita balik lagi... Kamu di depan, terserah mau jalan kemana". Saya pikir, nggak papalah masih sore ini. Sekalian menyalurkan energi *).
Eh... bener deh, dia balik lagi. Dan bener-bener balik ke Grossestrasse lagi. Wow, gile beneeeer.... Alhasil, perjalanan pulang dari membeli celana itu memakan waktu sekitar 4 x 15 menit. Ha ha ha... pegel juga lho...
Begitu sampai rumah, sambil nyengir dia bilang, "Anstrengend ne?" (melelahkan ya?). "Ah, nggaaak... nggaaaaak...." tapi jawabnya sambil gondok... hi hi...
*) Karena musim dan cuaca, tidak setiap hari anak-anak bisa bergerak/bermain di luar rumah. Jika kurang gerak, malam hari mereka seperti kelebihan energi. Gedebak-gedebuk tidak karuan, gaduh dan berisik sekali.

Freitag, März 04, 2005

Tiga Hari ini

Saljuuuuu.....

Rabu pagi, bangun tidur, membuka korden... Haaaahh, saljunya tebal sekali...?! Dari kemaren sore memang hujan salju, tapi tidak tlepok-tlepok seperti biasanya, cuma rintik-rintik aja. Ternyata sampai pagi bisa ngumpul jadi tebal begitu ya...? Iseng-iseng diukur, tebalnya sekitar 10 cm.

Sampai saatnya harus mengantar anak-anak sekolah (suBapak mengantar Fariz, suIbuk mengantar Faza) masih tetep 'gerimis' salju. Baru di sini deh, ngerasain yang namanya kelilipan salju... dingin di mata he he... Karena masih pagi, jalan-jalan belum semuanya selesai dibersihkan. Di sebagian jalan salju masih tebal dan sulit sekali dilalui sepeda. Kebetulan sekolahnya Fariz dekat, jalan 5 menit juga sampai. Saat mengantar Faza benar-benar perjuangan. Sepeda sama sekali tidak bisa dinaiki, harus dituntun. Itupun sambil terpeleset-pelesat. Hi hi hi... Faza dari dalam becak malah ketawa terus (yeee, ini kepeleset beneran Za...).

Seharian belum juga reda, bahkan sampai malam masih terus saja. Salju... salju... dan saljuuu terus... turun tak henti-hentinya dari langit. Kepingnya kecil-kecil tapi buanyaaak sekali... Anak-anak dengan berat hati patuh untuk tidak terlalu lama bermain di luar. Besok lagi ya, kalau sudah reda dan ada matahari.

Kamis pagi rupanya tumpukan salju makin tebal, 15 cm. Alamat menuntun sepeda sampai Kindergarten lagi nih. Mungkin lebih enak pakai Schlitten ya?

Hari ini FaFa bisa bermain salju sampai puas. Sepulang sekolah 'hujan'nya sudah reda dan matahari juga berbaik hati menampakkan sinarnya. Barangkali kalau tidak dipanggil anak-anak akan betah ya terus-menerus berada diluar sampai malam?
Minus Lima Belas

Jumat pagi, langit berwarna biru cerah. Ramah sekali menyambut datangnya matahari. Di bawah sana, tebaran salju tampak indah berkilauan. Kerlap-kerlip memantulkan cahaya. Hai, lihat... embun di ranting-ranting pohon itu membeku. Sungguh memukau... sampai akhirnya tersadar akan datangnya suara, "Buk... Ibuk... frühstück (sarapan)-nya mana?".

Saatnya berangkat sekolah. Membuka pintu dan brrr... duinginnya bukan main, sangat menyengat. Suhu pagi itu -15°C. Ada salju, suhu minus, tapi kenapa tidak hitam-putih seperti kemarin ya?

Sepulang sekolah Fariz sempat jengkel karena tidak diijinkan untuk bermain salju. Tentu saja, suhunya masih terlalu rendah. Dengan suhu serendah itu, jika kulit kita terkena salju akan terasa sangat sakit. Anak-anak cenderung untuk bermain Schneeballschlacht (lempar-lemparan salju). Jika serpihan salju itu terkena kulit (muka atau masuk ke tengkuk) akan terasa sakit sekali. Saking dinginnya, rasanya mungkin kebalikan dari terbakar. Muka dan bibir juga harus diberi pelembab ekstra agar tidak kencang dan perih. Setelah jam tiga, ijin baru turun. Suhu sudah lumayan, -3°C. Ibuk mau ikut juga ah... Tapi satu jam saja ya?
Berita Duka
Innalillaahi wa inna illaihi roji'un. Mbah Istijanah Moehadi Ambar (Mbah Putrinya suBapak atau Mbah Buyutnya FaFa) hari ini, Jumat 4 Maret 2005 pk 13.30 WIB meninggal dunia. Akan langsung dimakamkan hari ini juga di nDurenan, Temanggung. Semoga arwah beliau mendapat tempat yang paling indah di sisi-Nya, amien.

Mittwoch, März 02, 2005

Nur Bapak

Jika tiba saatnya untuk tidur malam, Fariz dan Faza kadang-kadang melakukan kerjasama untuk mengatasi kantuk. Yang bermainlah, yang loncat-loncat kasurlah, yang kejar-kejaranlah... banyak cara untuk menghilangkan rasa kantuk.
Selanjutnya akan ada peringatan untuk segera tidur. Begitu kamar dibuka (tanpa kata-kata), mereka cepat-cepat masuk selimut dan pura-pura tidur. Mata dipejamkan, berusaha tidak bergerak sama sekali. Beberapa saat kemudian mulai mengintip dari balik selimut, masih ada Ibuk tidak? Kalau masih ada, mereka cekikikan sebentar kemudian pura-pura tidur lagi. Sampai kemudian tidur betulan.
Suatu saat, Bapak yang masuk kamar. Mereka berdua langsung gedubrak-gedubruk cepat-cepat masuk selimut. Beberapa saat kemudian mulai mengintip, ujarnya, "Ooo... nur Bapak" (ooo... cuma Bapak). Fyuh, lega... ternyata bukan Ibuk...

Dienstag, März 01, 2005

Awal Maret


Awal Maret selalu mengingatkanku pada ulang tahun beruntun orang-orang yang pernah dan masih dekat di hati... Selamat berbahagia sahabatku, semoga hanya yang terbaiklah yang kalian dapatkan di hari ini, juga di hari yang akan datang.
Sungguh, aku sangat merindukan kalian...
2 Maret. Kau, masih ingatkah saat-saat itu? Saat kita sering pulang larut malam dari satu turnamen ke turnamen catur lainnya. Begitu gagah berani kita dulu membelah malam. Jam 11 malam, jam 12 malam bahkan pernah lebih larut lagi. Pulang dari jalan Trikora, pulang dari Ngasem bahkan pernah juga dari Babarsari.
Dan barangkali kau masih ingat ketika lewat tengah malam kita lapar berat, kemudian beli sate madura yang kebetulan lewat (untung muka penjualnya tidak 'rata' ya? hiii...). Atau saat liburan ke Kediri, jalan-jalan sampai Malang... Juga rumahmu, yang di ruang manapun selalu ada papan catur.
3 Maret. Sudah lama kulewatkan tanggal ini. Tanpa kabar, tanpa berita. Kau tidak pernah kutemukan lagi. Aku selalu terkenang akan keceriaanmu. Di rumahmu, di jalan Menur, di Parangtritis... Setia ya motormu yang antik itu? Hhh... di manakah kau berada kini?
4 Maret. Tahun ini adalah tahun kedua usia kepala tiga. Masih ingatkah ketika kita dulu suka lembur hingga pagi hanya untuk 'bicara'. Kulakan di Malioboro dari ujung utara sampai ujung selatan, kemudian balik sampai ujung utara lagi. Atau saat pernikahanmu yang tak bisa kusaksikan itu. Aku merasa kehilangan sesuatu. Tapi tahun ini adalah tahun bahagiamu... kudoakan, semoga menjadi ibu yang baik bagi anakmu.

Foto von hier