Tiga Hari ini
Saljuuuuu.....
Rabu pagi, bangun tidur, membuka korden... Haaaahh, saljunya tebal sekali...?! Dari kemaren sore memang hujan salju, tapi tidak tlepok-tlepok seperti biasanya, cuma rintik-rintik aja. Ternyata sampai pagi bisa ngumpul jadi tebal begitu ya...? Iseng-iseng diukur, tebalnya sekitar 10 cm.
Rabu pagi, bangun tidur, membuka korden... Haaaahh, saljunya tebal sekali...?! Dari kemaren sore memang hujan salju, tapi tidak tlepok-tlepok seperti biasanya, cuma rintik-rintik aja. Ternyata sampai pagi bisa ngumpul jadi tebal begitu ya...? Iseng-iseng diukur, tebalnya sekitar 10 cm.
Sampai saatnya harus mengantar anak-anak sekolah (suBapak mengantar Fariz, suIbuk mengantar Faza) masih tetep 'gerimis' salju. Baru di sini deh, ngerasain yang namanya kelilipan salju... dingin di mata he he... Karena masih pagi, jalan-jalan belum semuanya selesai dibersihkan. Di sebagian jalan salju masih tebal dan sulit sekali dilalui sepeda. Kebetulan sekolahnya Fariz dekat, jalan 5 menit juga sampai. Saat mengantar Faza benar-benar perjuangan. Sepeda sama sekali tidak bisa dinaiki, harus dituntun. Itupun sambil terpeleset-pelesat. Hi hi hi... Faza dari dalam becak malah ketawa terus (yeee, ini kepeleset beneran Za...).
Seharian belum juga reda, bahkan sampai malam masih terus saja. Salju... salju... dan saljuuu terus... turun tak henti-hentinya dari langit. Kepingnya kecil-kecil tapi buanyaaak sekali... Anak-anak dengan berat hati patuh untuk tidak terlalu lama bermain di luar. Besok lagi ya, kalau sudah reda dan ada matahari.
Kamis pagi rupanya tumpukan salju makin tebal, 15 cm. Alamat menuntun sepeda sampai Kindergarten lagi nih. Mungkin lebih enak pakai Schlitten ya?
Hari ini FaFa bisa bermain salju sampai puas. Sepulang sekolah 'hujan'nya sudah reda dan matahari juga berbaik hati menampakkan sinarnya. Barangkali kalau tidak dipanggil anak-anak akan betah ya terus-menerus berada diluar sampai malam?
Minus Lima Belas
Jumat pagi, langit berwarna biru cerah. Ramah sekali menyambut datangnya matahari. Di bawah sana, tebaran salju tampak indah berkilauan. Kerlap-kerlip memantulkan cahaya. Hai, lihat... embun di ranting-ranting pohon itu membeku. Sungguh memukau... sampai akhirnya tersadar akan datangnya suara, "Buk... Ibuk... frühstück (sarapan)-nya mana?".
Saatnya berangkat sekolah. Membuka pintu dan brrr... duinginnya bukan main, sangat menyengat. Suhu pagi itu -15°C. Ada salju, suhu minus, tapi kenapa tidak hitam-putih seperti kemarin ya?
Sepulang sekolah Fariz sempat jengkel karena tidak diijinkan untuk bermain salju. Tentu saja, suhunya masih terlalu rendah. Dengan suhu serendah itu, jika kulit kita terkena salju akan terasa sangat sakit. Anak-anak cenderung untuk bermain Schneeballschlacht (lempar-lemparan salju). Jika serpihan salju itu terkena kulit (muka atau masuk ke tengkuk) akan terasa sakit sekali. Saking dinginnya, rasanya mungkin kebalikan dari terbakar. Muka dan bibir juga harus diberi pelembab ekstra agar tidak kencang dan perih. Setelah jam tiga, ijin baru turun. Suhu sudah lumayan, -3°C. Ibuk mau ikut juga ah... Tapi satu jam saja ya?
Berita Duka
Innalillaahi wa inna illaihi roji'un. Mbah Istijanah Moehadi Ambar (Mbah Putrinya suBapak atau Mbah Buyutnya FaFa) hari ini, Jumat 4 Maret 2005 pk 13.30 WIB meninggal dunia. Akan langsung dimakamkan hari ini juga di nDurenan, Temanggung. Semoga arwah beliau mendapat tempat yang paling indah di sisi-Nya, amien.
<< Home