di Vechta: Jatuh

Donnerstag, Juni 09, 2005

Jatuh

Jatuh yang ini berbunyi, "brak!" kemudian, "hooaaaaa...!!".
Ceritanya hari Minggu seminggu yang lalu saya menemani Faza belajar naik sepeda. Sayang, Faza masih kurang pe-de. Sebenarnya kalau kecepatannya cukup dia bisa. Tapi begitu pegangan saya lepas... eee, malah nengok ke belakang. Jatuh dia... tersungkur dengan muka terlebíh dahulu mendarat.
Mulutnya berdarah. Saya periksa sekilas bibir atas sebelah dalam robek, giginya utuh, 'hanya' gigi seri atas sebelah kanan agak goyah dan gusinya membiru...
Malam hari dia tidur dengan gelisah, meski tanpa demam dan muntah-muntah. Ah, kenapa saya gelisah begini? Sepertinya hal yang lumrah, jatuh karena belajar naik sepeda. SuBapak menghibur saya, "Ah, nggak apa-apa... biasa jatuh begitu...".
Pagi hari, selepas sholat subuh gantian suBapak yang cemas, "Kok bibirnya jontor sekali? Pagi ini bawa ke dokter aja deh...".
Tanpa termin saya langsung ke Kinderarzt. Melihat kondisinya Faza langsung masuk kamar periksa tanpa mengantri. Luka di bibir atas sebelah dalam sudah menutup dan tidak berdarah lagi, jadi tidak perlu dirujuk ke dokter bedah untuk dijahit (jatuh gitu aja di bawa ke dokter bedah?). Setelah melihat Imfpung Ausweiss (buku kecil yang berisi daftar imunisasi)-nya Faza, saya langsung diberi resep untuk menebus vaksin anti tetanus (wah, segitunya ya?).
Dokternya bilang tidak apa-apa. Disarankan untuk dibawa ke Zahnartz (dokter gigi) untuk memeriksa giginya yang goyah itu. Masih gigi susu, tidak usah khawatir, begitu katanya. Disarankan untuk berkumur dengan Kamille Tee (kalau di Indonesia biasanya kumur pakai air garam ya?) agar giginya kuat kembali.
Selesai disuntik, Faza langsung saya bawa ke Zahnartz. Lagi-lagi tanpa termin dan Faza langsung masuk kamar periksa.
Dokternya baik dan ramah, sambil memeriksa Faza diajak ngobrol. Diperiksa, diotak-atik, klitak-klitik lama sekali dia menggunakan pernak-pernik alatnya. Gigi yang goyah diberi semacam lem di kanan-kirinya, disatukan dengan gigi sebelahnya. Agar stabil, tidak terasa sakit dan segera kuat kembali. Selama 4 minggu Faza tidak boleh menggigit makanan yang keras atau alot. Termasuk makanan kegemaran Faza, Broetschen dan Schokolade... hehe... maaf ya Za, kali ini bener-bener nggak boleh...
Sore ini kembali ke Zahnarzt untuk kontrol, alles oke, kata dokternya... Alhamdulillah.

senyum Faza hari ini...
Tapi saya masih heran. Kenapa sampai segitunya ya penanganannya? Seandainya toh didiamkan saja juga bisa sembuh sendiri kan? Apa karena di sini aja begitu. Di Indonesia bagaimana ya?