di Vechta: Posisi tempat tidur

Mittwoch, Mai 18, 2005

Posisi tempat tidur

Sudah beberapa lama kita punya pertanyaan begini: Mengapa Faza lebih sering pilek dibandingkan Fariz? Apa karena Fariz sudah lebih besar sehingga daya tahan tubuhnya lebih bagus? Bisa jadi. Atau mungkin karena Faza tidurnya mepet tembok dan Fariz tidak? Lah, apa hubungannya coba?
Tengah malam ketika menengok anak-anak yang sudah terlelap di kamarnya sering terasa ada gerakan udara yang cukup sríwing-sriwing. Dari mana ya? Jendela sudah tertutup rapat, pintu juga begitu (rumah-rumah di negara 4 musim biasanya di design cukup kedap dan rapat). Karena penasaran, segera ambil lilin untuk mengetahui arah angin. Siapa tahu ketemu sumbernya. Tapi kok tidak ketemu sama sekali tempat yang dicurigai sebagai sumber munculnya angin itu, heran...
Teka-teki baru terpecahkan setelah membacakan buku untuk anak-anak. Mengapa kalau kita membuka kulkas kaki kita yang terlebih dahulu terasa dingin? Jawabnya karena udara dingin lebih berat daripada udara panas. Jadi begitu pintu kulkas terbuka, udara dinginnya langsung turun dan kaki kita yang terlebih dahulu terasa dingin. Konsep itu juga yang menyebabkan balon udara bisa terbang ke angkasa. Jika udara di dalam balon dipanaskan dia akan menjadi ringan dan balonpun bisa terbang. Lho, kok malah cerita...? hihi...
Kita dulu berpikiran lebih baik tempat tidur (terutama jika musim dingin) mepet tembok, dekat dengan Heizung (heater). Biar hangat kan... Tapi ternyata malah salah... Heizung biasanya dipasang di bawah jendela. Kalau tidur di dekat Heizung, berarti tidur di bawah jendela. Kalau suhu di luar lebih dingin, tidur dibawah jendela akan membuat muka kita terpapar dingin terus... Pilek deh...
Memang sebaiknya jendela itu diberi korden. Selain untuk menghalangi pandangan, juga menghambat udara dingin yang jatuh dari (kaca) jendela. Tetapi akan lebih baik kalau kita memakai tempat tidur, bukan cuma kasur thok yang diletakkan di bawah. Tempat tidur berkolong akan membuat udara dingin tetap berada di bawah.
Ini cuma pengalaman saya sebagai ibu rumah tangga lho.... Yang ahli fisika tentu bisa memberi penjelasan yang lebih logis. Atau, jangan-jangan teori saya ini malah salah?
~~~
update:
Komentar Bu Ari mengingatkan saya beberapa hal berikut ini:
  • saya sering/selalu meletakkan handuk basah di atas Heizung, kadang kalau tengah malam udara dalam kamar masih terlalu kering, saya semprot ruangan (biasanya ke tembok) dengan air
  • siang hari, saat anak-anak sekolah, Heizung dimatikan, jendela dibuka
  • malam hari, setengah jam sebelum anak-anak masuk kamar, jendela saya buka sebentar barang 10 menit untuk ganti udara
  • suhu udara dalam rumah yang terlalu hangat (karena pemanas) juga membuat penghuninya gampang sakit lho... virusnya muter terus kali ya?

Semenjak Faza sekolah, Kindergarten maksudnya, tidak lagi terlalu gampang sakit. Mungkin karena hampir tiap hari dia keluar rumah. Menghirup udara segar di luar dan menjadi lebih sehat. Terima kasih Bu....