Sail Bremerhaven 2005
Sail Bremerhaven 2005 dari tanggal 10 – 14 August 2005 adalah festival Kapal Layar terbesar di Eropa. Bertempat di pelabuhan Bremerhaven, festival ini diikuti hampir 300 buah kapal dari 26 negara. Kapal-kapal itu dibagi menjadi 3 besar, yaitu kapal layar, kapal motor dan kapal uap, daftarnya bisa dilihat di sini.
Misalnya kapal Amerigo_Vespucci (Italy) yang mempunyai panjang 110 m. Kapal-kapal kembar seperti Gorch_Fock (Jerman), Sagres II (Portugal) dan Mircea (Rumania). Kapal yang dibuat tahun 80-an seperti Dar Mlodziezy (Polandia), Mir (Rusia) dan Khersones (Ukraina). Juga kapal-kapal klasik seperti Gloria (Kolumbia), Dewaruci (Indonesia), Christian Radich dan Sorlandet (Norwegia), Belem (Perancis), Astrid (Belanda) dan juga Krusenstern (Rusia).
Jumat sore sebelum menuju pelabuhan kita sempat menikmati karnaval dari kru masing-masing kapal. Dari Oman menampilkan alat musik dan tarian mereka yang khas, Indonesia dengan reog Ponorogonya (ini paling heboh deh), Skotlandia dengan alat musik tiupnya, Rusia dengan akrobatnya dan masih banyak lagi.
Tadinya kita bingung melihat arus orang-orang ini, ternyata ada antrian untuk mendapatkan stempel. Masing-masing kapal menyediakan tempat (di dalam kapal atau di dermaga di sisi kapal ybs) untuk melayani permintaan stempel atau pembelian souvenir. Wah, menarik nih... masing-masing kapal tentu punya stempel yang khas. Kesempatan langka. Keesokan harinya baru kita dapatkan kesempatan itu. Bayangkan saja, untuk satu putaran dermaga (itu belum semua kapal) memakan waktu lebih dari 4 jam. Ya sudahlah... tidak perlu semua, kita sudah tidak mampu berjalan lebih jauh lagi. Capek...KRI Dewaruci
Anak-anak sangat antusias memasuki kapal ini. Mungkin serasa di tempat sendiri ya? Krunya baik dan ramah. Segala pertanyaan dan keingintahuan kita dijawab dengan baik. Termasuk pertanyaan anak-anak. "...hehe, gak reti aku mbak..." kata mereka pada saya dengan logat Surabaya yang kental setelah Faza bicara panjang lebar menceritakan sesuatu dalam bahasa Jerman.
Menjadi lebih menarik ketika kita diperbolehkan memasuki ruangan yang sebenarnya tertutup untuk umum. Ruang kemudi, tempat penyimpanan plakat-plakat souvenir dari tempat-tempat yang pernah disinggahi, ruang VIP, ruang makan, saloon, dsb. Ditawari kopi, teh atau jus jeruk. Dipersilakan mencicipi sayur dan lauk 'mahoni' (mau nggak mau ya ini hehe...). Ups, tapi rasanya... Indonesia banget deh. Lezat betul... Saya bayangkan jika ada badai, seluruh isi dapur pasti berantakan dan kacau balau. Apa yang mereka makan ketika juru masak (karena badai) tidak memasak? Mie instan tentu saja... atau berbekal lauk kering dari rumah kali ya?
Dewaruci berawak 81 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Obrolan makin asik ketika kita bertemu dengan daerah asal yang sama. Misalnya teman dari Kendari bertemu awak kapal dari Kendari, teman dari Surabaya bertemu awak Surabaya, teman yang sedang mangambil spesialisasi dokter bertemu dengan dokter kapal, dsb. Di sana obrolan lebih mengarah pada curhat.
Ternyata pelaut juga manusia biasa. Yang kadang mabuk ketika badai menggulung, yang kadang menyendiri dengan tatapan kosong ketika rasa rindu menghajar, yang kadang jum'atan sambil cekikikan karena ketika ruku' kapal oleng ke depan. Sangat membosankan selama berbulan-bulan di tengah lautan (dari Indonesia ke Jerman memakan waktu 4 bulan). Dan ketika mereka kembali ke Indonesia, anak yang mereka tinggalkan hampir setahun yang lalu tidak lagi mengenali bapaknya...
Malam terakhir festival mereka menggelar cocktail party. Beraneka ragam makanan khas Indonesia ada di sana. Kapal Dewaruci benar-benar penuh sesak oleh undangan dan masyarakat Indonesia di Jerman. Acara kesenian yang digelar antara lain tari reog, tari saman, rampak kendang (sampai terpal samping dibuka agar bisa dilihat dari bawah), dan diakhiri dengan poco-poco (akhirnya kapal dibuka untuk umum karena banyak yang menghendaki bergabung). Kabarnya baru kali ini sambutan dari masyarakat (Indonesia maupun umum) sungguh luar biasa.



<< Home