Jika cuaca cerah
"Mami, darf ich nach draussen spielen?".

"Mami, darf ich nach draussen spielen?".
Namanya juga masih anak-anak. Pola pikirnya masih sangat simpel. Masih sulit bagi mereka untuk menjaga dirinya sendiri. Dunia anak-anak adalah dunia yang penuh warna-warni ceria. Segala ingin dicoba, semua ingin dilakukan. Memuaskan segala rasa keingintahuan. Bertanya apa ini, apa itu. Memegang (kompor panas), menangkap (lebah), merasai (cabe rawit merah), menaiki (kucing) dan masih banyak lagi 'kegiatan' si kecil yang kadang membahayakan dirinya sendiri.
Tingkah laku anak-anak memang sulit diduga. Dilarangan seperti disuruh. Kesannya menjadi lebih menantang. Misalnya menaiki perosotan dari sisi miringnya, ayunan sambil berdiri, bersepeda sambil melepas stang, melongok keluar dari jendela/balkon lantai atas, dsb.
Anak-anak, sampai kapankah mereka bisa disebut anak-anak? Pada posisi sebagai orang tua, apakah selamanya anak-anak kita akan selalu menjadi 'anak-anak'? Sampai umur berapakah kita benar-benar tega melepaskan mereka, mempercayai mereka? Jika beberapa tahun yang akan datang, anak-anak meminta ijin untuk naik gunung apakah saya akan mengijinkan? Sudah banyak buku dibaca, sudah banyak cerita didengar, tapi rasanya tidak semudah itu untuk melepas mereka sendirian (hehe... ibuk-ibuk, bawaannya kuatir melulu...).
Kita pernah di telpon oleh bagian admistrasi Kinderartz karena tagihan rekeningnya kembali. Dengan kata lain, nama yang dituju tidak ditemukan. Waktu itu yang terpasang di kotak pos hanya nama suBapak saja. Karena nama belakang suBapak dengan nama anak-anak beda, oleh pak posnya surat tersebut dikembalikan kepada si pengirim. Untuk menghindari berulangnya kejadian tersebut, kita pasang nama lengkap kita berempat di kotak pos.
Keadaan ini cukup merepotkan saat perpanjangan visa. Kita punya empat nama belakang dengan huruf awal yang berbeda. Harus antri di empat pintu, yaitu pintu untuk inisial B, N, A dan G. Belakangan ada petugas baik hati, dia mau menerima semuanya (karena satu keluarga). Jika saatnya perpanjangan visa kita lihat dulu dia di mana. Tahun ini dia ada di pintu N, jadilah kita antri di sana. Alhamdulillah, semua urusan lancar, seminggu selesai dan tidak dikenakan biaya sama sekali.
Dari HBF Salzburg dengan menggunakan bus kita turun di Rathaus. Busnya unik loh, seperti bom-bom car (bom-bom bus kali ya... hehe...).
Untunglah, tidak lama kemudian kita sampai Residenz yang di depannya terdapat air mancur (saat itu belum ada airnya). Disana anak-anak sejenak mendapatkan kesenangan dengan menaikinya.
Hff... udara sangat panas dan sekali lagi kami salah kostum. Padahal di ramalan cuaca yang sempat saya lihat di internet hujan lho (namanya juga ramalan manusia ya...). Di depan kami patung Wolfgang Amadeus Mozart berdiri dengan gagahnya. Dia lahir tahun 1756 dan menjadi putra kebanggan kota Salzburg.
Berikutnya kita berjalan ke arah Dom. Megah sekali. Anak-anak tidak peduli. Mereka terus berjalan sambil sesekali berhenti menikmati musik dari pengamen jalanan. Wah, ada catur raksasa... asik sekali... Sayang kita tidak punya cukup waktu untuk memainkannya, padahal FaFa sudah bersemangat lho. Hei, lihat di atas sana... cantik dan megah ya? Kita ke sana yoook...

Puas berkeliling (sebenarnya lebih tepat dikatakan capek berkeliling) di dalam Festung Hohensalzburg, kita kembali turun. Dilanjutkan mencari rumah tempat Mozart dilahirkan. Sempat 'nemu' toko buku tertua di Austria, Hollrigl, sejak tahun 1594. Uh, sayang banget nggak sempat masuk. Baru deh, kemudian sampai di Mozart Geburthaus.
Sebenarnya yang lebih menarik adalah jalan (atau lorong) di sebelah kiri gedung kuning itu, Getreidegasse. Berderet toko-toko dengan papan nama antik.
Sebenarnya kita juga sempat mengunjungi Schloss Mirabell. Sepintas saja, karena waktu sudah pukul enam sore. Mungkin karena masih dingin, tamannya belum tampak indah. Bunga dan tanaman lainnya belum tumbuh dengan sempurna. Kolam-kolam juga masih kering.
Dan, selesai sudah kita mengunjungi Salzburg. Kembali ke Muenchen, kemudian pulaaaang...

Jika pernah menonton film Cinderella (Disney, kartun) rasanya mirip dengan istana sang pangeran bukan? Begitu pula dengan puri yang dibangun di Disneyland seperti gambar di samping, mirip bukan?
Sampai di Schwangau (baca: schwan-gau) kita disambut oleh udara yang hangat. Cukup membuat kita nyengir karena salah kostum. Fariz sempat nyeletuk, "Ibuk, aku keangeten sekali..." he he... sama, ibuk juga...
Berjalan dari satu ruangan ke ruangan lain serasa seperti berjalan dari lembar satu ke lembar lain dari buku cerita itu. Perabot dengan ukiran yang rumit dan indah, dinding dengan lukisan atau gambar yang demikian halus memikat, pemandangan di luar jendela yang sangat menakjubkan, bukan main... Sangat indah... Kesan saya, Raja Ludwig II. memang gila... bisa membangun istana demikian indahnya he he...
Sebenarnya setelah dari Neuschwanstein, kita ingin naik ke Hohenschwangau juga. Tapi ternyata waktu kira turun sudah kesorean, sudah tidak ada lagi kereta kuda yang akan membawa kita turun. Yah... jalan kaki deh... (pegel bener euy!).
Akhirnya kita ikut bis jurusan Garmisch-Partenkirchen untuk menikmati pemandangan yang lain (bosen juga naik kereta terus). Menyusuri kota-kota kecil di daerah pedesaan Bayern sungguh sangat mengesankan. Bangunannya yang khas, bentuk jendela yang unik, dan satu lagi... orang Bayern rupanya senang dan pintar melukis. Hampir semua rumah yang kita lewati ada lukisannya. Unik sekali...