Dienstag, Mai 31, 2005
Ini adalah foto Ibas dan Faza saat Faza ulang tahun yang pertama. Sudah lama sekali, lebih dari 4 tahun yang lalu...
Dulu... umur 8 hingga 16 bulan, Faza menjadi 'anaknya' Bu Uti. Ada kejadian yang membuat anak-anak terpaksa dititipkan di Jogja. Keluarga kecil saya terpecah menjadi tiga. SuBapak di Bremen, saya di Semarang, dan FaFa di Jogja (waktu itu saya belum diijinkan meninggalkan pekerjaan saya). Sungguh masa-masa yang berat untuk kita.
Dulu... betapa tidak berdayanya saya sehingga Ibas pun menjadi Ibu untuk anak-anak saya, meski untuk sementara. Selalu ada Ibas yang siap membantu saya, kapan saja...
Sekarang... setelah empat tahun tidak bertemu, begitu saya kangen pada beliau. Hanya suara yang kadang mempertemukan kita lewat telepon. Atau kering tempe buatan Ibas yang dibawa suBapak sebagai oleh-oleh untuk saya ketika survey di Indonesia.
Sekarang... saya suka geli juga kasihan pada Ibas. Beliau tidak bisa lagi berkomunikasi dengan FaFa karena kendala bahasa. Kalaupun dipaksa, anak-anak hanya mau bercerita menggunakan bahasanya dan saya harus menjadi penterjemah bagi keduanya... Ibas tidak tahu bahasa Jerman dan anak-anak sudah lupa bahasa Indonesia.
Hari ini... 1 Juni 2005, Ibas menapaki usianya yang ke 66.
Selamat Ulang Tahun Bas, semoga selalu sehat dan bersemangat. Dan juga selalu dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT. Amien.
Sonntag, Mai 29, 2005
Wiken kepanasan
Kemaren mo cerita nggak betah banget duduk di depan kompi, panasnya itu lho. Berasa di Semarang, bedanya tanpa nyamuk.
Pagi sampai tengah hari masih betah di rumah. Setelahnya kayaknya harus cari pohon deh, buat ngadem. Panasnya menyengat, kalau kena matahari langsung perih di kulit. Semelet kata orang Jawa, kulit serasa mau pecah. Katanya sih di Jerman rekor suhu tertinggi di bulan Mei, sampai 35°C.
Sore-sore saya ajak FaFa jalan-jalan tapi Fariz nggak mau ikut. Katanya kakinya masih capek setelah sepedaan kemaren. Sampai di tempat parkir ketemu suBapak pulang dari Uni. Pengen ikut juga...
Tadinya mau jalan muter sekitar apartemen aja, yang penting keluar rumah. Sampai di Friedhof (tempat pemakaman) sebelah apartemen, pintu sampingnya terbuka. Iseng, coba masuk ah... pengen tahu aja seperti apa. Waduh, teduh banget... Ini makam apa taman?
Tempatnya sungguh luas dengan sebuah tempat persemayaman dan kapel. Jika ada orang yang meninggal, akan terdengar bunyi lonceng. Itulah mengapa disebut lonceng kematian.
Selanjutnya kita menuju hutan kecil di belakang apartemen. Seperti biasa, beberapa kali berhenti menunggu Faza melihat atau mengambil sesuatu yang menurutnya menarik.
Eeeh, itu Reh (rusa) kan...? Kok bengong aja lihat kita berjalan kearahnya? Sayang saya telat mengambil gambarnya, hanya terlihat saat dia kembali masuk ke semak-semak.
Semakin jauh berjalan memasuki hutan, beberapa kali kita memergoki Kaninchen (kelinci liar coklat berekor bulat). Gerakannya cepat sekali. Sering kita hanya mendengar bunyi "krosak" tanpa melihat apa/siapa yang membuat bunyi.
Tidak lama kemudian kita sudah menyusuri pinggiran lapangan golf. Hutan itu satu komplek dengan lapangan golf.
Saya sih, berjalan-jalan saja rasanya sudah cukup. Tapi Faza tidak. Berjalan tanpa melihat-lihat atau memegang sesuatu yang (menurutnya) menarik adalah membosankan. Bahkan kalau boleh, semuanya akan dibawa pulang. Waduh... nyusuh. Benda-benda menarik untuk dilihat atau diambil itu antara lain; ranting pohon, daun, rumput, Marienkäfer (kepik), siput, ulat, lebah, batu, bunga, biji-bijian...dan lain-lain. Kantong celananya penuh...
Sore yang lain saya ajak FaFa sepedaan (lagi) ke Zitadelle. Tempat di sekitar museum ini sangat indah. Saya suka duduk berlama-lama di tepi danaunya.
Sore itu cukup ramai. Ada sekelompok remaja bermain kartu, ada seorang cewek sedang asik membaca, ada sebuah keluarga yang ketiga anaknya sedang berguling-guling di rumput, beberapa pasangan yang hanya tidur-tiduran sambil ngobrol, atau beberapa anak laki-laki bermain sepak bola... Tidak ada tempat teduh di bawah pohon yang lowong.
Akhirnya kita menuju Spielplatz di belakang taman itu. Jenis mainannya banyak. Tidak perlu menunggu lama, anak-anak segera sibuk dengan permainannya.
Samstag, Mai 28, 2005
Donnerstag, Mai 26, 2005
Libur lagi...
Bulan Mei ini anak-anak sekolah (terutama di Niedersachsen) banyak sekali libur. Setelah dua kali wiken panjang, minggu ini cuma masuk Senin dan Selasa. Sisanya libuuur lagiii....
Kemaren anak-anak saya biarkan seharian main di luar. Kebetulan Faza juga libur. Cuacanya bagus sekali. Baru sorenya saya ajak mereka ke Bibliothek untuk mengembalikan buku dan meminjam lagi. Bukan cuma buku sih, di sana juga ada kaset/CD cerita dan berbagai macam permainan.
Di sini (Jerman maksudnya), buku anak-anak dan aneka macam permainan dibedakan berdasarkan umur. Hal itu memudahkan kita untuk memilih di rak-rak yang berjejer-jejer itu. Mana basa jerman semua lagi... hehe...
Lumayanlah untuk belajar membaca. Kalau dulu saya sering meminjam buku cerita bergambar dengan alasan sesuai dengan usia Faza, sekarang saya sudah 'berani' meminjam buku Märchen. Kadang dikoreksi Fariz kalau saya salah baca. Sayang, lidah medhok saya terlanjur tidak bisa mengucapkan kata-kata dengan fasih. Bedanya u dengan ue, o dengan oe, atau sch lupa dibaca sebagai s... susah bener sih?
Kembali lagi ke kegiatan sore kita. Setelah masing-masing mendapatkan pilihannya (saya pilih komik Asterix) pulangnya anak-anak saya ajak mampir beli es krim. Cari tempat, kemudian duduk-duduk di kota sambil menikmati cerahnya cuaca. Hmm, sungguh sore yang indah....
Hari ini, Kamis, selama Faza sekolah Fariz saya beri pekerjaan. Selesai, menjelang jam dua belas kita berdua menjemput Faza dan langsung sepedaan.
Bersepeda sambil sesekali berhenti jika anak-anak pengen berhenti. Berhenti untuk melihat kuda, berhenti untuk foto, berhenti untuk melihat pompa angguk, berhenti untuk melihat sungai, atau berhenti untuk mengambil Pusteblume (nggak tau kenapa anak-anak memberi nama begitu, padahal itu kan Löwenzahn yang sudah berbulu) untuk ditiup-tiup agar bulunya terbang berhamburan. Kadang sebelum meniup mereka berbisik, "Ich wünsche mir......" hehe, seperti melihat bintang jatuh aja bikin permohonan.
Hari ini panas sekali, membuat kita cepat lelah. Sejam kemudian kita sudah menggelar bekal makan siang kita. Hhh, akhirnya...
Masih belum capek, anak-anak saya ajak ke Spielplatz (tempat bermain) yang belum pernah mereka datangi. Saya istirahat, mereka masih penuh semangat main ayunan, perusutan, memanjat, merangkak, dll. Wah, tenaga anak-anak itu luar biasa ya?
Akhirnya sekitar jam empat mereka saya ajak pulang, tepatnya saya paksa pulang. Saya sudah capek sekali. Takut ketiduran di situ...
Dienstag, Mai 24, 2005
duapuluhtigamei
"Nein, will ich nicht gross werden", katanya suatu kali bahwa dia nggak mau jadi tambah besar.
"Ich möchte nicht Geburtstag haben...!!", serunya ngotot tetep nggak mau ulang tahun.
"Ich mag immer vier Jahre alt bleiben", jawabnya tambah sewot karena pengen umurnya tetap empat.
Wah, ngeyel tenan... Kenapa ya anak ini? Apa yang menakutkan dari menjadi lima tahun? Barangkali karena jika dia minta bantuan kita suka bilang, "Lho... umurnya sudah hampir lima kok masih belum bisa sendiri?" Sebetulnya semuanya sudah bisa dia lakukan sendiri, dia sendiri juga mengakuinya. Dia bisa melakukan semuanya sendiri, dengan catatan, kalau nggak ada Ibuk di rumah. Hah...?!
Setelah merasa yakin bahwa setelah berumur lima tahun Ibuk, Bapak dan Mas Fariz akan tetep sayang, baru deh mengangguk mau ulang tahun. Hmm, apa hubungannya ya?
Tanggal dua puluh tiga pagi, dia bangun dengan wajah ceria...
"Mami, hab ich heute Geburtstag...?", tanyanya dengan wajah cerah ceria.
"Wo ist mein Geschenk?", lhaaa... belum beli... Kemaren katanya nggak mau ulang tahun (hihi... manyun dia).
Saya hanya bilang, karena kemaren nggak mau ulang tahun makanya Ibuk nggak beli hadiah. Kalau sekarang sudah mau ulang tahun, nanti Ibuk belikan hadiahnya. Dia lalu mengangguk senang.
Dan saya memang belum melakukan persiapan apa-apa untuk ulang tahunnya itu. Beli hadiah belum. Belanja untuk memasak istimewa juga tidak. Seandainya sampai tanggalnya dia tetap ngotot nggak mau ulang tahun ya nggak papa. Dia nggak pengen kok...
Hari ini, tanggal dua puluh empat, dengan membawa es krim dia merayakan ulang tahunnya bersama teman-temannya di Kindergarten (tidak dirayakan Senin, karena hari Senin di kelasnya sudah terlalu banyak kegiatan rutin). Sampai rumah dia bisik-bisik di telinga saya, "Mami... kann ich morgen wieder Geburtstag feiern?" hehe... itu sih namanya ulang hari, bukan ulang tahun...
Barangkali menjadi besar itu kadang menakutkan ya? Punya kewajiban tambah banyak dan beban tanggung jawab lebih besar. Faza saja sudah merasakannya...
Ah, tapi ya dilalui saja... Dicoba dan kemudian dijalankan. Insya Allah akan selalu ada Ibuk, ada Bapak dan ada Mas Fariz yang akan mendukung dan mendampingi... Ternyata tidak apa-apa bukan? Umur lima tahun itu juga menyenangkan kok.
Hmm.. jadi ingat lagi lagu ini.
Kaki kecil berlari kesana kemari
Sambil tertawa riang
Kedua tangannya diayun kiri kanan
Hari ini bahagia, terbias di wajahnya
Slamat hari ulang tahun
Smoga kamu panjang umur
Cepat undang semua teman
Bocah centil yang tidak dapat duduk tenang
Pinggulnya slalu goyang
Dia berjanji nanti malam akan datang
Bersama teman-teman, menari jaipongan
Timplak timplung timplak timplak timplung..bletak
Kempul kemplak kembyar ....
La la la pandanglah awan di atas bintang-bintang
Di sana .. semua bidadari turut bernyanyi riang
Inginkah kau pergi ke sana
Terbang bersama kupu kupu pu
Bermain pelangi, bersama dewa-dewi
Petiklah .. bintang
Dan bawalah pulang
Petiklah bintang, dan bawalah pulang
Berikan kepada, guru tersayang
Berikan pada guru tersayang, berikanlah pada guru tersayang
Sambil tertawa riang
Kedua tangannya diayun kiri kanan
Hari ini bahagia, terbias di wajahnya
Slamat hari ulang tahun
Smoga kamu panjang umur
Cepat undang semua teman
Bocah centil yang tidak dapat duduk tenang
Pinggulnya slalu goyang
Dia berjanji nanti malam akan datang
Bersama teman-teman, menari jaipongan
Timplak timplung timplak timplak timplung..bletak
Kempul kemplak kembyar ....
La la la pandanglah awan di atas bintang-bintang
Di sana .. semua bidadari turut bernyanyi riang
Inginkah kau pergi ke sana
Terbang bersama kupu kupu pu
Bermain pelangi, bersama dewa-dewi
Petiklah .. bintang
Dan bawalah pulang
Petiklah bintang, dan bawalah pulang
Berikan kepada, guru tersayang
Berikan pada guru tersayang, berikanlah pada guru tersayang
~~~
Selamat ulang tahun Faza...
Mittwoch, Mai 18, 2005
Posisi tempat tidur
Sudah beberapa lama kita punya pertanyaan begini: Mengapa Faza lebih sering pilek dibandingkan Fariz? Apa karena Fariz sudah lebih besar sehingga daya tahan tubuhnya lebih bagus? Bisa jadi. Atau mungkin karena Faza tidurnya mepet tembok dan Fariz tidak? Lah, apa hubungannya coba?
Tengah malam ketika menengok anak-anak yang sudah terlelap di kamarnya sering terasa ada gerakan udara yang cukup sríwing-sriwing. Dari mana ya? Jendela sudah tertutup rapat, pintu juga begitu (rumah-rumah di negara 4 musim biasanya di design cukup kedap dan rapat). Karena penasaran, segera ambil lilin untuk mengetahui arah angin. Siapa tahu ketemu sumbernya. Tapi kok tidak ketemu sama sekali tempat yang dicurigai sebagai sumber munculnya angin itu, heran...
Teka-teki baru terpecahkan setelah membacakan buku untuk anak-anak. Mengapa kalau kita membuka kulkas kaki kita yang terlebih dahulu terasa dingin? Jawabnya karena udara dingin lebih berat daripada udara panas. Jadi begitu pintu kulkas terbuka, udara dinginnya langsung turun dan kaki kita yang terlebih dahulu terasa dingin. Konsep itu juga yang menyebabkan balon udara bisa terbang ke angkasa. Jika udara di dalam balon dipanaskan dia akan menjadi ringan dan balonpun bisa terbang. Lho, kok malah cerita...? hihi...
Kita dulu berpikiran lebih baik tempat tidur (terutama jika musim dingin) mepet tembok, dekat dengan Heizung (heater). Biar hangat kan... Tapi ternyata malah salah... Heizung biasanya dipasang di bawah jendela. Kalau tidur di dekat Heizung, berarti tidur di bawah jendela. Kalau suhu di luar lebih dingin, tidur dibawah jendela akan membuat muka kita terpapar dingin terus... Pilek deh...
Memang sebaiknya jendela itu diberi korden. Selain untuk menghalangi pandangan, juga menghambat udara dingin yang jatuh dari (kaca) jendela. Tetapi akan lebih baik kalau kita memakai tempat tidur, bukan cuma kasur thok yang diletakkan di bawah. Tempat tidur berkolong akan membuat udara dingin tetap berada di bawah.
Ini cuma pengalaman saya sebagai ibu rumah tangga lho.... Yang ahli fisika tentu bisa memberi penjelasan yang lebih logis. Atau, jangan-jangan teori saya ini malah salah?
~~~
update:
Komentar Bu Ari mengingatkan saya beberapa hal berikut ini:
- saya sering/selalu meletakkan handuk basah di atas Heizung, kadang kalau tengah malam udara dalam kamar masih terlalu kering, saya semprot ruangan (biasanya ke tembok) dengan air
- siang hari, saat anak-anak sekolah, Heizung dimatikan, jendela dibuka
- malam hari, setengah jam sebelum anak-anak masuk kamar, jendela saya buka sebentar barang 10 menit untuk ganti udara
- suhu udara dalam rumah yang terlalu hangat (karena pemanas) juga membuat penghuninya gampang sakit lho... virusnya muter terus kali ya?
Semenjak Faza sekolah, Kindergarten maksudnya, tidak lagi terlalu gampang sakit. Mungkin karena hampir tiap hari dia keluar rumah. Menghirup udara segar di luar dan menjadi lebih sehat. Terima kasih Bu....
Montag, Mai 16, 2005
Wiken panjang (lagi)
Minggu kemaren wiken panjang (Kamis-Minggu), minggu ini wiken panjang lagi... (Sabtu-Senin). Seneng sekali ya, libur terus. Sejak hari Jumat FaFa sudah seneng aja. Sepulang sekolah, cepet-cepet makan siang, langsung mainan di luar. Ya sepak bola, ya sepedaan, ya main skuter, keduk-keduk tanah... hehe... apa ajalah yang menurut mereka menarik. Bertiga dengan Natha, teman dari Indonesia satu-satunya di Vechta. Kebetulan tinggalnya di Studentenwohnheim juga (Mamanya Doktorarbeiten di Uni Vechta).
Sabtu pagi kita ke Bremen, pengajian rutin bulanan. Bulan ini, penyelenggaranya adalah keluarga Bapak Sekar Wijaya dan Ibu Kartika, tapi tempatnya di kediaman Bapak Gerry. Biasalah, di sini tidak semua tetangga bisa memberi toleransi atas keberisikan yang terjadi. Jadi penyelenggara bisa bergilir, tapi soal tempat kalau tidak memungkinkan hampir selalu di rumah Pak Gerry ini.
Sampai di Bremen masih jam sepuluh. Masih ada waktu sekitar satu jam untuk jalan-jalan. Kita iseng aja ke Weser, jalan-jalan. Sembari suBapak juga iseng ngintip flöhmarkt, barangkali ada yang menarik hehe...
FaFa asik banget liat kapal yang lalu lalang...
Hari Minggu tenang di rumah karena cuaca kembali tidak bersahabat. Rasanya capek banget deh. Heran, cuma pergi seharian aja kok capeknya kayak gini. Kali cuacanya yang berangin itu ya, bikin badan lungkrah. Dopping nih, dikencengin kalau nggak mau ambruk. Grippe meski udah nggak wabah lagi, tapi masih ngintip-ngintip juga... Pergantian musim gini emang rawan banget bikin sakit.
Senin cuaca masih belum bagus. Pagi berkabut dan dingin, brrr... Enaknya ngapain ya? Saya masak untuk makan siang, suBapak 'dibantu' Faza mencoba bikin klepon. Huahaha... rame... Setelah mateng, dicicipi, lho kok ada yang nggak manis? Ternyata klepon made in Faza nggak dikasih gula. Katanya susah mbuletinnya kalau dikasih gula... owalah Za, nggak uenak toyooo...
Sonntag, Mai 08, 2005
Muttertag
Hadiah dari anak-anak dalam rangka Muttertag:
Hadiah ini tadi malam, karena lupa, dilembur sampai malam oleh Fariz. Untuk seorang anak laki-laki delapan setengah tahun, diperlukan ketelatenan untuk menyelesaikannya (kertas ini bolak-balik full color, diberi warna dengan menggunakan pensil warna).
Halaman depan ini dihias sendiri oleh Faza. Setelah dibuka, ternyata sebuah buku resep. Spatzennest Kinderkochbuch, kumpulan resep makanan kesukaan anak-anak di kelasnya Faza. Tentu saja, beberapa halaman sudah 'diwarnai' oleh Faza...
Terima kasih Fariz ya... terima kasih juga Faza... akan Ibuk simpan baik-baik hadiah ini. Ich habe euch beide sooo lieb...
Samstag, Mai 07, 2005
Makanan Paling Enak
Makanan apakah yang paling enak?
Makanan enak itu antara lain: sarapan dengan bubur lauk gudeg dan krecek, makan siang jajan di soto Kadipiro, sore jalan-jalan sambil jajan rujak es krim di Pakualaman, lalu makan malam lesehan di bakmi Doring. Hmm... itu sih dulu ketika saya masih mahasiswa...
Makanan enak bisa juga makanan yang kita sukai. Seperti empek-empek belakang toko Ramai, ayam goreng Mbok Sabar (manis), ayam goreng Ny. Suharti (asin), ikan bakar Morolejar, ... sudahlah, tidak usah diteruskan. Lidah saya protes...
Atau, makanan enak itu adalah makanan yang pas takaran bumbunya. Tidak terlalu manis dan tidak terlalu asin. Kurang pedas, silakan tambah sambal.
Tapi menurut saya, makanan yang paling enak adalah masakan Ibas (demikian saya memanggil ibu saya). Hampir empat tahun tidak pulang, yang paling saya kangeni hanyalah masakan Ibas. Ketika suBapak pulang ke Indonesia untuk survey pun yang saya inginkan adalah masakan Ibas sebagai oleh-oleh.
Dulu saya pernah berdebat dengan suBapak perihal sambal goreng dan opor ayam lebaran bikinan ibu masing-masing. Saya bilang masakan Ibaslah yang enak. Tapi suBapak bilang masakan Ibas sedikit kurang manis, lebih enak masakan Ibu. Bla... bla... bla... Dari situ kita lalu mengambil kesimpulan bahwa masakan ibu kita masing-masinglah yang paling enak untuk kita masing-masing.
Saya tidak akan pernah bisa memasak dengan rasa persis seperti yang Ibu masak. Tapi kakak ipar saya bisa memasak dengan rasa seperti yang Ibu masak. Jadi kalau kangen masakan Ibu (beliau sudah meninggal dunia) tinggal minta tolong dibuatkan kakak ipar saya tersebut. Dan memang mantap, rasanya bisa mirip sekali.
Ya, masakan ibu adalah masakan yang paling enak untuk anak-anaknya. Ada tambahan bumbu rahasia yang tidak bisa ditemui juru masak bintang lima sekalipun. Yaitu bumbu cinta. Ibu akan memasak untuk anak-anaknya sarat dengan rasa cinta. Beliau tahu persis selera anak-anaknya dan akan selalu memasak sesuai dengan selera masing-masing.
Bayangkan saja, 25 tahun serumah dengan Ibas, selama itu pula saya selalu makan masakan beliau. Bagaimana mungkin saya tidak mencintai rasanya yang khas tersebut? Lebih nikmat lagi kalau minta suap dengan tangan... Uh, rasanya tak tertandingi...
Bahkan ketika saya sudah menikahpun, jika melihat Ibas makan menggunakan tangan (tidak menggunakan sendok) barang satu atau dua kali saya pasti mengganggu untuk minta suap. Rasanya? Hmm... ada rasa lain yang begitu nikmat, yaitu rasa cinta dan sayang yang begitu kental, manis dan hangat...
Jadi bukan salah Faza ketika mempermalukan saya di suatu pertemuan. Waktu itu dia tidak mau makan. Hanya satu atau dua suap, kemudian tidak mau lagi. Katanya, "Nggak mau, makanannya nggak enak... lebih enak masakannya Ibuk".
Dienstag, Mai 03, 2005
Keukenhof
Akhirnya jadi juga saya pergi ke Keukenhof dengan beberapa orang teman. Kebetulan dari Vechta ada tagesfahrt (perjalanan sehari) dengan bus ke sana.
Keukenhof adalah taman bunga yang terletak di Lisse (antara Amsterdam dan Den Haag) Holland. Dibuka setiap musim semi dan tahun ini dibuka sejak tanggal 24 Maret sampai 20 Mei. Meski tulip adalah bunga yang identik dengan Holland, di keukenhof tidak hanya tulip, tapi juga Lilien, Gladiolen, Narzissen, dll. Sayang, tulip hitam yang kita cari baru muncul nanti di minggu-minggu terakhir.
Singkat cerita, sampai di sana kita bertiga langsung membabi buta. Foto machen. Bunga-bunganya bukan main. Tidak puas-puas rasanya membuat foto. Yang ini, yang itu, yang sana, sebelah sananya lagi... Suhanallah, semuanya indah banget...
Duuuh, sampai gemes rasanya... semuanya pengen difoto, semuanya pengen diabadikan... Ternyata tidak mudah membuat foto makro. Fokusnya sering melesat... (masih amatiran nih, harus banyak belajar lagi). Ada tips yang lebih mudah nggak ya untuk membuat foto makro?
Jangan bertanya di sana ada bunga apa saja, saya tidak tahu. Ada begitu banyak bunga dengan nama yang berbeda. Padu padan antara satu bunga dengan bunga yang lain selalu membuat saya berdecak kagum.
Dan tamannya itu...
Bunga... bunga... di mana-mana bunga. Hangatnya sinar mentari... semilir angin sepoi-sepoi... membawa harum bunga yang hmmm... segeeerrrr... Frisch banget deh rasanya... Enggan rasanya beranjak dari tempat indah itu.
Hingga suatu saat kita tersadar bahwa kita tinggal punya waktu 1 jam lagi. Hah, belum juga muterin semuanya... kok waktunya sudah habis sih? Tempat seluas 32 hektar itu tidak berhasil kami jelajahi seluruhnya... Menit-menit terakhir menuju tempat parkir, sambil berlari saya masih berusaha mengambil foto... sayang dilewatkan begitu saja...
Dan, inilah hadiah ulang tahun yang indah dari suBapak, Fariz dan Faza... terima kasih ya, ich liebe euch alle...